Jembatan Pandansimo yang menjadi penyambung terakhir Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), telah memiliki progres 83%. Kemajuan pembangunan jembatan dengan total panjang 1,9 km ini sangat pesat, dan akan rampung pada Maret 2025 mendatang.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Satker PJN DIY Setiawan Wibowo saat dihubungi melalui telepon menjelaskan, jembatan ini sebetulnya ditargetkan tersambung pada akhir Bulan November, namun terhambat kendala berupa curah hujan sangat tinggi sehingga area pekerjaan di tengah sungai terendam sudah lebih dari seminggu. Hal inilah yang menyebabkan pekerja tidak dapat mengakses ke area tengah sungai karena debit air Sungai Progo yang sangat tinggi.
Guna mengatasi masalah banjir yang kerap menggenangi area sekitar proyek, diterapkan sejumlah strategi baru. Salah satunya adalah dengan meninggikan tanggul dan memberikan ruang bagi aliran air di sekitar jalur konstruksi. Selama periode banjir, pekerjaan juga diarahkan untuk melalui jalur alternatif sehingga memungkinkan kegiatan konstruksi tetap berjalan meskipun area utama terendam. Proses ini akan dilakukan secara bertahap, dengan menyesuaikan tinggi tanggul pada bagian-bagian tertentu yang lebih rendah.
Jembatan Pandansimo ini pun didesain dengan mempertimbangkan mitigasi bencana karena berada di daerah yang rawan gempa dan letaknya berjarak sekitar 10 KM dari Sesar Opak. Teknologi mitigasi bencana yang diterapkan dalam desain jembatan diantaranya yaitu mortar busa dan LRB (Lead Rubber Bearing) yang berguna untuk menyerap dan mereduksi energi gempa sehingga mampu melindungi struktur utama jembatan.
Selain itu, terdapat penambahan konstruksi fondasi jembatan sebanyak 200 fondasi untuk meningkatkan keamanan jembatan dari ancaman bencana likuifaksi. Tambahan pekerjaan fondasi tersebut dilakukan setelah dilakukan kajian ulang terkait potensi bencana yang dapat terjadi di lokasi pembangunan Jembatan Pandansimo.
Selengkapnya di jogjaprov.go.id
___